Sabtu, 16 April 2016
Jumat, 15 April 2016
Rabu, 13 April 2016
Senin, 11 April 2016
BRIGADE MOBILE DARI MASA KE MASA II (DUA)
BRIMOB POLRI PASCA KEMERDEKAAN (1945 - 1950)
Tidak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 21 Agustus 1945, Komandan Satuan Polisi Khusus Jawa Timur, Inspektur Polisi M. Yasin (Komandan Syu Keisatsu Tai), mengatasnamakan seluruh warga Polisi mengeluarkan pernyataan bahwa sejak itu sebutan Polisi harus diartikan sebagai Polisi Republik Indonesia.
Pernyataan yang hanya diketik pada selembar surat itu, disebarluaskan dan ditempel di tempat-tempat ramai. Bunyi pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
"Oentoek bersatoe dengan rakyat
dalam perjoeangan mempertahankan
Proklamasi 17 Agoestoes 1945,
dengan ini menjatakan
Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia."
Soerabaja, 21 Agoestoes 1945
ttd.
Moehammad Jasin
Inspektoer Poelisi Tk. I
Terkait pernyataan tersebut, sejak saat itu Pimpinan Polisi Sidokan Takata dan Fuku Sidokan Nishimoto dikucilkan. Semua Polisi Istimewa diperintahkan oleh Inspektur Polisi Tk. I M. Jasin untuk tidak menyerahkan senjatanya kepada siapapun. Polisi Istimewa pada hari itu berparade di jalan-jalan Surabaya dan memperoleh dukungan luas dari penduduk lokal. Polisi khusus ini juga bertugas mendistribusikan senjata yang diperoleh dari tentara Jepang untuk digunakan dalam perang melawan kembalinya tentara Belanda dan tentara sekutu.
Dalam pertempuran yang terkenal di Surabaya, satuan-satuan dari wilayah Madiun, Bondowoso, Malang dan Lamongan datang untuk mendukung satuan Surabaya. Diseluruh Jawa Satuan Polisi Khusus terlibat dalam aksi penolakan terhadap Belanda dan pasukan sekutu. Hal ini kemudian memberi legitimasi yang kuat serta identitas Nasional para Satuan Polisi Khusus di tahun-tahun berikutnya.
Beberapa kesaksian dari para pejuang Jawa Timur terhadap kenyataan sejarah ini sebagai berikut :
- Bung Tomo
"Soal senjata nampaknya agak menggelisahkan. Sebagai anak buah Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang semua menjadi harapan rakyat banyak, ternyata sudah dikirim pulang oleh Jepang tanpa senjata. Satu-satunya kekuatan bersenjata yang masih kokoh adalah Pasukan Polisi Istimewa yang dipimpin oleh seorang pemuda Sulawesi, Muhammad Yasin." - Dr. H. Roeslan Abdulgani
"Pasukan Polisi Istimewa lahir lebih dulu dari yang lain." - Brigjen. TNI/AD Sudarto
"Omong kosong jika ada yang mengaku dalam bulan Agustus 1945 kita memiliki pasukan bersenjata. Yang ada hanya Pasukan Polisi Istimewa dan tanpa pasukan ini tidak akan ada Hari Pahlawan 10 Nopember 1945." - Jenderal TNI/AD Sukanto Sayidiman
"Pak Yasin dan Pasukan Polisi Istimewa adalah guru dan pelatih kami." - Abdul Kadir Besar S.H.
"May. Jen. Pol. M. Yasin di tahun 1945 dengan peranan juangnya wajar diberikan kedudukan Singa Pejuang RI." - May. Jen. TNI/AD Sungkono
"Yasin memproklamirkan Polisi sebagai Polisi Republik Indonesia tanggal 21 Agustus 1945."
Dalam usaha penyempurnaan Pasukan Polisi Istimewa, ketika itu masih terdapat banyak sebutan seperti Polisi Istimewa. Pasukan Polisi Istimewa atau Barisan Polisi Istimewa. Maka pada saat itu Komisaris Tk. I Soemarto, yang ketika itu menjabat wakil Kepala Kepolisian Negara, mempunyai inisiatif agar Pasukan Polisi Istimewa diubah namanya menjadi Mobile Brigade. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar menjadi Kesatuan Pasukan yang berdisiplin tinggi, kompak, loyal, penuh dedikasi dan mampu bergerak secara cepat dan dinamis.
Pada tanggal 17 September 1946, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, RS. Soekanto Tjokrodiatmojo memberi kuasa kepada Komisaris Polisi M. Jasin untuk melakukan berbagai usaha persiapan pembentukan Mobile Brigade. Berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No. Pol. : 12/78/91, menyatakan bahwa sejak tanggal 14 Nopember 1946, secara de jure (resmi) Mobile Brigade lahir, sebagai wujud penghargaan pimpinan kepada para pejuang dari anggota Polisi Pasukan Istimewa yang telah gugur sejak 14 Nopember 1945.
Setelah pembentukan Mobrig tanggal 14 Nopember 1946, di setiap Karesidenan kemudian dibentuk Mobile Brigade Karesidenan (MBK) berkekuatan I Kompi, dengan pangkat Inspektur Polisi Tk. I dan Inspektur Polisi Tk. II. Dimana persenjataan yang digunakan antara lain berupa US Carabine, Mitralyur, Pistol dan lain-lain. Kedudukan MBK berada di Ibu Kota Karesidenan. Administrasi organisasi dan taktis operasionalnya berada di bawah Kepala Polisi Karesidenan.
Sebagai organisasi baru dan sedang berkembang. Mobile Brigade terlibat secara aktif melawan Agresi Belanda I dan II yang terjadi di Yogyakarta, dari 1947 sampai 1949. Pertempuran melawan tentara Belanda dan sekutu terjadi di beberapa tempat di Sumatera.
Selain melawan pendudukan oleh tentara asing di Indonesia, Mobrik juga dihadapkan pada beberapa pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Antara lain pada tahun 1948, Mobrig terlibat dalam pertempuran melawan Partai Komunis di Madiun dan pada tahun 1949-1950. Mobrig mengadakan Operasi melawan tentara "Kapten Turk" Westerling yang terkenal, seorang Perwira Angkatan Darat Belanda, baik di Sulawesi Selatan dan Bandung Jawa Barat.
Minggu, 10 April 2016
BRIGADE MOBILE DARI MASA KE MASA I (SATU)
BRIMOB DI MASA PERJUANGAN
Sepanjang sejarah, Brimob Polri selalu ikut andil dalam lembaran sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, baik dalam usahanya membela Negara maupun ikut melawan pemberontak di masa-masa awal berdirinya Republik Indonesia. Secara sekilas dapat dilihat bahwa lahirnya Brimob di atas panggung sejarah Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari peristiwa besar Internasional yang terjadi waktu itu (Perang Dunia ke II).
Ketika itu dominasi Jepang di Asia Tenggara hanya berlangsung cepat. Setelah berhasil menduduki Indonesia, posisi militer dan front tempur Negara Sakura Taneka tersebut segera mengalami titik balik, dari kemenangan menjadi kekalahan. Untuk mempertahankan daerah pendudukan secara mandiri sudah tidak dimungkinkan. Maka dari itu, dilibatkanlah penduduk Indonesia, pria maupun wanita untuk menghadapi sekutu. Dalam konteks inilah lahir Tokubetsu Keisatsu Tai yang dibentuk oleh militer Jepang pada bulan April tahun 1944, yang pada saat itu para anggotanya terdiri dari para Polisi Muda dan Pemuda Polisi.
Setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, sejak itu pula Tokubetsu Keisatsu Tai yang kemudian berubah nama menjadi Polisi Istimewa hadir dalam perjuangan merebut dan mempertahankan Kemerdekaan. Segala bentuk upaya segera dilakukan, dimulai dari pelucutan dan perebutan sarana militer dari tangan Jepang, hingga datangnya tentara sekutu.
Dimasa pendudukan sekutu atas Indonesia, Belanda hadir kembali dengan membonceng tentara sekutu dalam suatu operasi yang saat itu dikenal sebagai Agresi Militer II. Maka sejak itu pula berlangsung era perang Kemerdekaan melawan Belanda. Dengan bekal semangat juang dan kebersamaan, disertai modal pengetahuan, keterampilan dan disiplin tinggi yang diperoleh semasa Tokubetsu Keisatsu Tai, maka warga Polisi Istimewa yang kemudian menjadi Mobile Brigade dan akhirnya menjadi Brigade Mobile, aktif dalam arena perjuangan di semua front, menyatu dengan masyarakat.
Kemanunggalan Brimob dan masyarakat terasa semakin kental saat berlangsung Perang Kemerdekaan II, khususnya setelah Belanda berhasil menduduki Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia waktu itu. Usai era perang kemerdekaan, muncullah kiprah baru perjuangan Brimob yakni era pemulihan keamanan dalam bentuk berbagai penumpasan terhadap aneka pemberontakan yang terjadi di Indonesia hingga sekarang.
Kamis, 07 April 2016
MAKNA MOTTO BRIMOB "SEKALI MELANGKAH PANTANG MENYERAH, SEKALI TAMPIL HARUS BERHASIL"
Setiap motto ketika dibuat atau ditulis, tentu mempunyai tujuan dan mengandung makna tertentu. Demikian halnya motto Brimob "Sekali Melangkah Pantang Menyerah, Sekali Tampil Harus Berhasil."
Motto Brimob
Sekali Melangkah Pantang Menyerah
I. Memiliki Makna :
Bahwa setiap anggota Brimob harus selalu waspada dan siap sedia mengorbankan jiwa raga, serta sanggup menghadapi kemungkinan dalam tugasnya. Yang berperan dalam memelihara keamanan, ketertiban dan penegakan hukum. Serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat.
II. Penjabaran :
- Anggota Brimob harus rela berkorban demi Nusa dan Bangsa dengan penuh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbakti demi keagungan Nusa Bangsa yang bersendikan Pancasila dan UUD 1945.
- Anggota Brimob harus selalu siap ditugaskan dimanapun, kapanpun dan seberat apapun, dengan didasari oleh mental yang kuat serta tidak mudah putus asa dan selalu siap menghadapi tantangan dalam melaksanakan tugas.
- Setiap anggota Brimob tidak mengenal kata ragu-ragu dalam melaksanakan tugas Negara dengan tetap menghormati kaidah hidup dalam masyarakat secara adil dan bijaksana.
- Berjiwa ksatria, berani bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan, dengan terlebih dahulu didasarkan oleh pertimbangan yang matang dan bijaksana.
- Setiap anggota Brimob pantang menolak tugas yang dipercayakan Negara kepadanya, karena bagi Brimob tugas adalah suatu kehormatan dari cita-cita yang luhur.
Sekali Tampil Harus Berhasil
I. Memiliki Makna :
Bahwa setiap anggota Brimob akan selalu berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri, kesatuan, Bangsa dan Negara. Dalam setiap pelaksanaan tugas dengan mengedepankan profesionalisme dalam rangka memelihara ketertiban, penegakan hukum serta perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
II. Penjabaran :
- Dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan masyarakat, Bangsa dan Negara, anggota Brimob harus tetap berpegang teguh kepada honor, honesty dan loyalty (kehormatan, kejujuran dan loyalitas).
- Anggota Brimob harus selalu bisa menampilkan diri sebagai Warga Negara dan bisa memberikan contoh teladan, sehingga bisa dicintai oleh sesama Warga Negara.
- Anggota Brimob harus bersifat disiplin, percaya diri dan penuh keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan jasa dalam melaksanakan tugas dengan menyadari bahwa dirinya merupakan masyarakat teladan di tengah-tengah masyarakat.
- Selalu peka dan tanggung jawab dalam tugas serta mampu mengembangkan kemampuan dirinya, menilai tinggi mutu kerja, penuh kearifan serta efisiensi menempatkan kepentinga tugas secara wajar diatas kepentingan pribadinya.
- Tidak pernah berhenti dalam memberantas kejahatan berintensitas tinggi dengan tetap memperhatikan HAM (Hak Azasi Manusia).
ARTI LAMBANG RODA KOMPAS BRIMOB
RODA KOMPAS BRIGADE
MOBIL
Berbentuk roda dengan 8 (delapan) arah mata angin simetris dan bidang mendatar bertuliskan "BRIMOB". di tengah lingkaran dengan warna kuning emas di tengah berwarna merah, mempunyai arti sebagai berikut :
- "Merah" melambangkan keberanian dan perhitungan yang tepat serta dilandasi daya gerak yang tinggi.
- "Kuning Emas" melambangkan jiwa ksatria, pembela kebenaran dan keadilan sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
- "Lambang Lingkaran dengan 8 mata anak panah" bermakna bahwa Korps Brimob merupakan kesatuan yang utuh serta senantiasa siap dihadapkan pada setiap tantangan tugas, dimanapun berada dengan daya gerak yang tinggi.
Roda Kompas atau 8 (delapan) penjuru mata angin (ASTADIKPALAKA) menggambarkan ASTA BRATA atau 8 (delapan) jalan adalah simbol alam semesta. Arti harfiahnya "Delapan Simbol Alam" tetapi sejatinya menyiratkan keharmonisan sistem alam semesta.
Pada hakikatnya ke delapan sifat tersebut merupakan manifestasi keselarasan yang terdapat pada tata alam semesta yang diciptakan Tuhan, dan manusia harus menyelaraskan diri dengan tata alam semesta kalau ingin selamat dan terhindar malapetaka. Bila manusia, sebagai ciptaan Tuhan bisa selaras dengan alam semesta, maka selaraslah kehidupannya.
Roda Kompas yang menggambarkan ASTA BRATA (delapan jalan) sebagai berikut :
- Surya atau mentari.
Dia memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan, yang membuat semua makhluk tumbuh dan berkembang. Analogi ini mengharapkan seorang pemimpin untuk mampu menumbuhkan kembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat berkarya secara maksimal menurut bidang tugasnya masing-masing. - Candra atau rembulan.
Memancarkan sinar di kegelapan malam. Cahaya rembulan yang lembut akan mampu menumbuhkan semangat dan harapan di tengah kegelapan. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat rakyatnya, walau dalam kelamnya duka karena bencana. - Kartika atau bintang
Memberikan sinar indah kemilau, jauh di langit, sehingga dapat menjadi petunjuk arah bagi yang memerlukan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan untuk berbuat kebaikan. Tak pernah ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan. - Angkasa atau langit.
Luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya memiliki keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung aspirasi atau pendapat yang beraneka ragam. - Bayu atau angin.
Selalu ada dimana-mana, tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang kosong. Seorang pemimpin hendaknya dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dankeinginan rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat. - Samodra atau lautan.
Betapapun luasnya samudra, senantiasa mempunyai permukaan rata, bersifat sejuk menyegarkan. Sang pemimpin hendaknya mampu menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil, bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya. - Agni atau api.
Api mempunyai kemampuan untuk membakar dan menghancur leburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas, tuntas dan tanpa pandang bulu. - Kismo atau bumi/tanah
Bumi mempunyai sifat kuat sekaligus murah hati. Selalu memberi hasil kepada siapapun yang mau berusaha dan memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, senang beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyat.
Esensi Makna Asta Brata
Asta Brata bukan hanya berlaku bagi para pemimpin saja. Setiap manusia seyogyanya mengamalkannya, dalam arti "hidup selaras dengan alam", dan "menjalankan peran yang diembannya, sehingga memberi manfaat bagi sesama".
Seorang pemimpin yang tidak mampu melaksanakan Asta Brata, bagai raja tanpa mahkota. Sebaiknya rakyat jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Asta Brata, berarti ia adalah rakyat jelata yang bermahkota, dialah manusia yang luhur budi pekertinya.
Langganan:
Postingan (Atom)